30 Tahun Meninggalkan Isteri
30 Tahun Meninggalkan Isteri
Dengan
ini saya share kan informasi yang saya dapatkan, yaitu perihal 30 tahun
meninggalkan isteri.
Lelaki
tua itu meninggalkan Madinah pergi berjihad ke negeri yang sangat jauh. Ia
berangkat bersama pasukan muslimin. #Membuka
Bukhara dan Samarkand, dan
sekitarnya, yang terletak di Asia Tengah.
#Begitu jauh perjalanan jihad bersama pasukan muslimin, mengarungi samudera
padang pasir, menembus perjalanan beribu-ribu mil dari kota Madinah.
Sungguh
sangat luar biasa para mujahidin itu. #Kepergiannya dengan tekad dan tawakal
kepada Allah Azza wa Jalla.
Menjelang
Isya’ dengan kuda yang ditungganginya itu, prajurit
tua itu, memasuki kota Madinah, yang masih ramai, dan melihat kehidupan
yang tidak berubah, sesudah ditinggalkannya selama tiga puluh tahun.
#Si
penghuni rumah melihat ada orang yang masuk rumahnya, maka lelaki yang ada di
atas, langsung melompat, dan turun sambil
membentak lelaki tua yang datang itu, “Engkau berani memasuki rumah dan
menodai kehormatanku malam-malam, wahai musuh Allah !”.
#Si penghuni rumah
mencengkeram leher lelaki tua, seraya mengatakan,
#Wahai
musuh Allah, demi Allah aku takkan melepaskanmu kecuali di muka hakim,
sergahnya.
Lelaki tua
yang baru datang itu berkata,
“Aku
bukan musuh Allah dan bukan penjahat.
#Ini
rumah milikku, kudapati pintunya terbuka lalu aku masuk”.
Lelaki
tua itu melanjutkan, “Wahai
saudara-saudara, dengarkanlah.
Rumah ini milikku, kubeli dengan uangku.
Wahai
kaum, aku adalah Farrukh.
#Tiadakah
seorang tetangga yang masih mengenali Farrukh yang tiga puluh tahun lalu pergi berjihad fi sabilillah?”
#Bersamaan
itu, ibu si empunya rumah yang sedang tidur itu bangun oleh keributan, lalu
menengok dari jendela atas dan melihat suaminya sedang bergulat dengan darah
dagingnya sendiri.
Lidahnya
nyaris tak berucap. Dengan nada yang kuat ia berseru,
#Lepaskan
, lepaskan dia, Rabiah lepaskan dia,
putraku, dia adalah ayahmu , dia ayahmu.
Saudara-saudara
sekalian tinggalkan mereka, semoga Allah memberkahi kalian. #Tenanglah, Abu
Abdirrahman, dia putramu , dua putramu , jantung hatimu.
Lalu,
Ar-Rabi’ah mencium tangan ayahnya.
Orang-orang
meninggalkan keduanya.
#Setelah
itu, isterinya Ummu Rabi’ah
menyambut suaminya dan memberi salam.
#Ummu
Rabi’ah tak mengira bahwa ia akan bertemu kembali dengan suaminya yang pergi
berjihad selama tiga puluh tahun itu.
#Saat-saat
bahagia antara Farrukh dengan Ummu Rabi’ah, terkadang duduk berdua, sambil
bercerita keduanya selama berpisah tiga puluh tahun.
#Mereka
mendapatkan kebahagiaan kembali, keduanya dapat bertemu, meskipun sekarang
suaminya telah berumur enam puluh tahun.
#Namun, saat itu muncul kekawatiran dari Ummu Rabi’ah tentang uang yang pernah
dititipkan oleh suaminya dahulu, dan ia harus menjaganya.
Karena
uang yang dititipkan suaminya itu, habis untuk membiayai pendidikan putranya
senilai 30.000 dinar. #Percayakah Farrukh bahwa pendidikan putranya itu
menghabiskan 30.000 dinar, gumam Ummu Rabi’ah.
#Selagi
pikirannya mengelayut itu, tiba-tiba Farrukh, yang duduk disampingnya itu
berkata, “Aku membawa uang 4.000 dinar.
Ambillah
uang yang aku titipkan kepadamu dahulu. #Kita kumpulkan lalu kita belikan kebun
atau rumah, dan akan kita ambil sewanya”, ucap Farrukh kepada Ummu Rabi’ah.
Pembicaraan
terputus saat adzan datang. Farrukh bergegas menuju masjid, seraya menanyakan,
“Mana Ar-Rabi’ah?’
Isterinya menjawab,
“Dia
sudah lebih dahulu berangkat ke masjid. Saya kira engkau akan tertinggal shalat
berjama’ah”.
#Dia
segera shalat, dan sesudah itu pergi ke Rhaudah
mutharah, berdo’a di dekat makam
Rasulullah, karena betapa rindunya dia dengan Rasulullah.
#Saat
mau meninggalkan masjid, begitu ramai orang yang sedang mengelilingi seorang
ulama, yang belum pernah melihat sebelumnya. Mereka duduk melingkari Sheikh itu. #Sampai tak ada tempat yang
kosong untuk dapat berjalan.
#Farrukh
mengamati, ternyata orang-orang yang hadir, ada yang sudah lanjut usia,
anak-anak muda, mereka semua duduk sambil menghamparkan lututnya.
Semuanya
menghadapkan pandangan kepada Sheikh.
#Farrukh
itu berusaha melihat wajah Sheikh yang luar biasa itu, tetapi tak dapat, karena
begitu banyaknya orang yang mengelilinginya.
Sampai
saat majelis itu usai. Orang-orang meninggalkan masjid. #Kemudian di
tengah-tengah suasana yang sudah mulai sepi itu Farrukh bertanya kepada salah
seorang yang masih tinggal di masjid itu.
Farrukh:
“Siapakah
Sheikh yang baru saja berceramah itu?”
Fulan:
“Apakah
anda bukan penduduk Madinah?”
Farrukh:
“Saya
penduduk Madinah”.
Fulan:
#Masih
adakah di Madinah ini orang yang tak mengenal Sheikh yang memberikan ceramah
itu?
Farrukh:
#Maaf,
saya benar-benar tidak tahu, karena saya sudah meninggalkan kota ini sejak 30
tahun yang lalu, dan baru kemarin tiba
Fulan:
“Tidak
apa. Duduklah sejenak, saya akan menjelaskannya. #Sheikh yang anda dengarkan
ceramahnya itu adalah seorang tokoh
tabi’in. Termasuk diantara ulama yang paling terpandang, dialah ahli hadits
di Madinah, fuqaha dan imam kami, meksipun masih sangat muda”.
#Majelisnya
dihadiri oleh Malik bin Anas, Abu Hanifah, An-Nu’man, Yahya bin Sa’id
Al-Anshari, Sufyan Tsauri, Abdurrahman bin Amru Al-Auza’I, Laits bin Sa’id dan
lainnya”.
Farrukh:
“Tetapi
anda belum menyebutkan namanya?”
Fulan:
“Namanya
adalah Ar-Rabi’ah Ar-Ra’yi”.
Farrukh:
“Namanya
Ar-Rabi’ah Ar-Ra’yi?”
Fulan:
#Nama
aslinya Ar-Rabi’ah, tetapi para ulama dan pemuka Madinah biasa memanggilnya
Ar-Rabi’ah Ar-Ra’yi. #Karena setiap menjumpai kesulitan tentang nash dari
Kitabullah yang tidak jelas, mereka selalu bertanya kepadanya.
Farrukh:
“Anda
belum menyebutkan nasabnya?”
Fulan:
#Dia
adalah Ar-Rabi’ah putra Farrukh yang
memiliki kunyah (julukan) Abu Abdurrahman. #Tak lama dilahirkan setelah ayahnya
meninggalkan Madinah sebagai mujahid fi sabilillah, lalu ibunya memelihara dan
mendidiknya.
#Tetapi
sebelum shalat tadi orang-orang ramai mengatakan ayahnya telah datang kemarin
malam.
Tiba-tiba
meleleh air mata Farrukh, tampak lawan
bicaranya mengerti mengapa Farrukh melelehkan air matanya.
#Sesampai
di rumah isterinya Ummu Rabi’ah melihat suaminya meneteskan air matanya, dan
bertanya kepada suaminya,
Isterinya :
“Ada
apa wahai Abu Abdirrahman?”
Suaminya menjawab :
“Tidak
ada apa-apa. Aku melihat putraku berada dalam kedudukan itu dan kehormatan yang
tinggi, yang tidak kulihat pada orang lain”, tukasnya.
Di
ujung kehidupan itu.
Ummu Rabi’ah bertanya
kepada suaminya,
#Menurutmu
manakah yang lebih engkau sukai, uang 30.000 dinar, atau ilmu dan kehormatan
yang telah dicapai putramu?.
Farrukh menjawab :
#Demi
Allah, bahkan ini lebih aku sukai dari pada dunia dan seisinya”, ucapnya.
Begitulah
kisah generasi Tabi’in yang penuh kemuliaan, dan peranan seorang ibu yang
ditinggal oleh suaminya berjihad ke negeri yang sangat jauh, selama tiga puluh
tahun, dan dapat mendidik putranya menjadi #seorang ulama besar dan memiliki
ilmu dan kehormatan yaitu Ar-Rabi’ah.
Wallahu’alam.
Demikian
sharing yang saya sampaikan perihal 30 tahun meninggalkan isteri
,
semoga berguna, aamiin.
Comments
Post a Comment